Contoh Perhitungan Biaya Wirausaha Makanan Awetan (HPP & Harga Jual)

  • 3 min read
  • Des 18, 2021

Pada dasarnya, perhitungan ini sama seperti perhitungan biaya usaha pada umumnya. Namun kali ini kita coba ambil contoh kasus untuk usaha makanan/minuman awetan. Makanan awetan sendiri ada yang berbahan dasar nabati dan berbahan dasar hewani.

Makanan awetan dari bahan nabati merupakan makanan yang berbahan baku tumbuh-tumbuhan, seperti sayur dan buah, kemudian diolah sehingga menjadi makanan yang tahan lama.

Cara pengolahan makanan awetan dari bahan nabati umumnya sederhana. Harapannya, bahan baku yang digunakan merupakan bahan baku yang bersifat lokal, yakni mudah didapatkan di lingkungan tersebut.

Langkah Perencanaan Biaya Sederhana

  1. Biaya Investasi
      • Investasi alat dan mesin bisa kita masukkan ke dalam biaya investasi, kemudian kita peroleh penyusutan dari alat-alat tersebut untuk disertakan dalam perhitungan biaya produksi.
      • Alat dan mesin yang dibutuhkan untuk produksi harus sesuai dengan rencana kapasitas produksi beserta hal teknis lainnya seperti ketersediaan tempat produksi, daya listrik, dll.
  2. Biaya Produksi
    • Biaya Tetap
      • Biaya tetap meliputi biaya yang sifatnya cenderung tetap/konstan. Contohnya seperti biaya listrik, air, biaya investasi / penyusutan alat atau sarana & pra sarana, dll.
    • Biaya Tidak Tetap (Variabel)
      • Biaya variabel merupakan biaya yang harga/biaya modalnya cenderung mudah berubah-ubah. Contohnya seperti biaya bahan baku, tenaga kerja, dan overhead.
      • Biaya bahan baku bisa dikelompokkan menjadi 2, yaitu bahan baku utama dan bahan baku tambahan termasuk kemasan.
      • Biaya untuk tenaga kerja bisa disesuaikan dengan jenis pekerjaannya dan keterampilan pekerja, serta kesepakatan antara pengusaha dan pekerja tersebut.
  3. Harga Pokok Produksi (HPP)
      • Harga pokok produksi merupakan harga pokok dari suatu produk, yaitu apabila produsen menjual dengan harga tersebut maka produsen tidak untung dan tidak rugi.
      • Salah satu tujuan menghitung HPP adalah untuk memudahkan dalam menentukan harga jual.
  4. Harga Jual
      • Merupakan harga yang harus dibayarkan oleh pembeli untuk mendapatkan produk tersebut.
      • Harga jual idealnya adalah HPP yang ditambahkan dengan margin keuntungan. Margin keuntungan bisa ditentukan sendiri sesuai kebutuhan perusahaan dan analisis pasar.
      • Biasanya, harga jual terbagi menjadi beberapa bagian seperti harga pabrik dan harga konsumen termasuk distributor dan konsumen akhir.
      • Harga pabrik tentu relatif lebih murah karena agen dan distributor juga memerlukan margin keuntungan untuk menjualnya kembali kepada konsumen akhir.
  5. Pendapatan Kotor
      • Pendapatan kotor merupakan jumlah penerimaan uang yang didapatkan oleh perusahaan sebelum dipotong total biaya. Mudahnya yaitu jumlah uang yang diterima dari hasil penjualan.
      • Misalnya, harga minuman 1 cup adalah Rp.4.000,- dan terjual 50 cup, maka pendapatan kotornya adalah Rp.200.000,-
  6. Pendapatan Bersih
      • Pendapatan bersih merupakan jumlah penerimaan uang yang didapatkan oleh perusahaan dan telah dipotong dengan total biaya, dengan kata lain yaitu murni hanya keuntungan dari hasil penjualan yang diterima.
      • Misalnya, harga minuman 1 cup adalah Rp.4.000,- dan terjual 50 cup, sehingga pendapatan kotornya adalah Rp.200.000,-. Untuk memproduksi 1 cup minuman memerlukan biaya Rp.3.000,- sehingga biaya untuk 50 cup adalah Rp. 150.000,-. Kemudian kita bisa peroleh bahwa pendapatan bersihnya adalah 200.000 – 150.000 = Rp.50.000,-

Perhitungan Biaya

Pada kasus ini kita ambil contoh produksi makanan awetan lidah buaya.

Biaya Investasi (Alat & Mesin)

No. Alat  Jumlah Unit Biaya
(dalam Ribu Rp)
Subtotal
(dalam Ribu Rp)
1 Cup Sealer Manual 1 1200 1200
2 Pisau 5 20 100
3 Talenan 5 15 75
4 Baskom Plastik 5 25 125
5 Panci 2 300 600
6 Kompor 1 600 600
7 Literan 2 20 40
8 Alat Timbang 1 200 200
9 pH Meter 1 400 400
10 Refraktometer 1 1500 1500
11 Alat Lain 1 paket 200 200
Jumlah (Ribu Rp) 5040
Umur Alat (bulan) 60
Biaya Penyusutan per Bulan (Ribu Rp) = Total Investasi/Umur Alat 84

Biaya Produksi

1. Biaya Variabel (Tidak Tetap)

No. Bahan Baku Jumlah Harga
(dalam Ribu Rp)
Subtotal Harga
(dalam Ribu Rp)
1 Lidah Buaya 100 kg 4 400
2 Sirup 70 liter 5 350
3 Sendok 525 pcs 0.08 42
4 Kemasan Mangkuk 525 pcs 0.35 183.75
5 Kardus 22 pcs 2 44
6 Lakban 2 pcs 10 20
Jumlah per 1x produksi (Ribu Rp) 1039.75
Jumlah per Bulan (Ribu Rp) 20795

2. Biaya Tetap

No. Nama Biaya Jumlah
(dalam Ribu Rp)
1 Tenaga Kerja Tetap (3 orang x 1.5 juta) 4500
2 Listrik & Air 1500
3 Gas 1200
4 Penyusutan Alat 84
5 Biaya Lain-lain 100
Total Biaya per Bulan 7384
Total Biaya per Hari (20 hari kerja) 369.2

3. Total Biaya Produksi

No. Komponen Biaya Produksi Jumlah
(Rp)
1 Biaya Variabel 1.039.750
2 Biaya Tetap 369.200
Total Biaya per Bulan 1408950

Harga Pokok Produksi

Total Biaya Jumlah Produksi HPP = Total BIaya/Jumlah Produksi
Rp.1.408.950,- 500 pcs Rp.2.818,-

Harga Jual

Apabila melihat produk pesaing / kompetitor dengan volume mangkuk/cup yang relatif sama, yaitu dijual berkisar antara Rp.5.000,- sampai dengan Rp.7.000,-.

Oleh karena itu, ditentukan harga jual minuman lidah buaya ini dengan harga pabrik Rp.4.000,- dengan harapan harga jual ke konsumen setidaknya berkisar mulai dari Rp.4.500,- sampai Rp.6.000,-, sehingga produk ini lebih kompetitif dari segi harga.

Berikut pula harga 1 karton, yaitu 1 karton isi 12 mangkuk, sehingga Rp.4.000,- x 12 = Rp.48.000,-/Karton.

Pendapatan Kotor

Jenis Kemasan Jumlah Cup / Mangkuk Satuan Total
Mangkuk 240g 500 pcs Rp.4.000,- Rp.2.000.000,-

Pendapatan Bersih (Laba / Profit)

Pendapatan Kotor Total Biaya Pendapatan Bersih = Pendapatan Kotor – Total Biaya
Rp.2.000.000,- Rp.1.408.950,- Rp.591.050,-

Penutup

Demikian contoh sederhana untuk menghitung biaya produksi guna memulai wirausaha. Hal sederhana seperti ini sudah sangat mencukupi untuk memulai kegiatan wirausaha. Kamu bisa memperdalam perhitungan biaya-biaya lainnya ketika usaha sudah berjalan seperti kata pepatah “sambil menyelam minum air”. Kita ketahui juga bahwa usaha yang baik adalah usaha yang terencana, termasuk persoalan perencanaan biaya. Semoga bermanfaat!

Post Terkait :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *