Putranda Ekky Pradana (Pengusaha Wayang Kulit)
Wayang kulit merupakan salah satu bentuk kesenian asli Indonesia yang kini kurang diminati oleh generasi muda. Namun tidak dengan Putranda Ekky Pradana (23), ia justeru tertarik dengan kesenian ini dengan kerajinan wayang kulit karyanya. Kegemarannya menonton wayang kulit sewaktu kecil membawanya untuk lebih antusias untuk membuat wayang garapannya sendiri. Semakin hari semakin menjadi hobi, karyanya menjadi daya tarik sendiri bagi kalangan tertentu. Oleh sebab itu Ekky mulai mencoba usahanya untuk memproduksi wayang kulit karyanya ini.
Awal mula merintis usaha wayang kulit
Latar Belakang
Putranda Ekky Pradana atau kerap disapa dengan nama Ekky, mempunyai pengalaman semasa kecil, yakni ketika SD, mbahnya sering mengajaknya menonton pagelaran wayang kulit di daerahnya. Dari keseringannya menonton wayang, ia jadi tertarik dan mempunyai keinginan mempunyai wayang sendiri. Namun, keinginannya tersebut terhambat oleh ketidaktahuannya tempat produksi di daerah ia tinggal.
Ekky selalu membeli wayang ketika sedang ada pagelaran wayang kulit. Meski saat itu wayang-wayangnya terbuat dari karton yang biasa digunakan untuk souvenir. Namun, lama kelamaan muncul inisiatif untuk membuat wayang sendiri dari karton. Ia menjiplak wayang karton menggunakan pensil di lembar karton yang akan digarapnya. Kemudian ia memotong sendiri dan mbah memberinya gapit dari bambu.
Pada saat SMA, Ekky mencoba membuat wayang kardus. Karena tidak ada yang mengajari, ia belajar dengan melihat gambar-gambar wayang yang ada di facebook. Ia memperhatikan detail-detailnya bahkan hingga hendak tidur, ia mempelajarinya dulu. Setelah membuat wayang karton, kemudian ia mengunggahnya di facebook. Ia tak menyangka ternyata ada yang tertarik dengan karyanya tersebut. Oleh sebab itu, ia mulai berpikir untuk mengembangkan bakatnya dan memulai usaha wayangnya.
Modal Awal
Produksi wayang mulai dilakukan sejak ia SMA. Saat itu ia masih menggunakan bahan-bahan yang cenderung terjangkau seperti bahan dasar karton, cat poster, dan gapit bambu. Modalnya ia kumpulkan dari hasil menyisihkan uang saku semasa sekolahnya karena masih terjangkau. Kemudian ia mencoba mengembangkannya lagi dengan pembuatan wayang dari bahan kulit. Tentu bahan-bahan untuk produksi wayang kulit lebih mahal karena kualitas yang dihasilkannya nanti juga berbeda.
Mula Perjalanan Usaha Wayang Kulit
Pada pengembangan usahannya, Ekky mencoba membuat wayang dari bahan kulit. Ia mendapatkan informasi daerah yang banyak mempunyai sumber daya pengrajin wayang kulit. Oleh karena itu, ia mencoba untuk mengunjunginnya untuk menggali informasi, kemudian menindaklanjutinya dengan membeli bahan-bahan pembuatan wayang kulit. Dari situ akhirnya hobi yang ia tekuni menjadi hobi yang menghasilkan.
Kendala
Ekky sendiri tidak merasakan kendala yang berarti selain mood dirinya sendiri, karena ia menganggap dalam membuat wayang ini sangat bergantung pada mood. Ia mengaku untuk menghasilkan karya yang bagus membutuhkan mood yang bagus pula. Tantangan lainnya, terkadang ia menerima pesanan dari kolektor dengan permintaan khusus, dengan kata lain garapannya lebih detail dan lebih rumit.
Titik Cerah
Ekky mengaku sempat terhenti akibat pandemi pada Agustus 2020 hingga Oktober 2020. Penyebab utamanya ialah karena berkurangnya intensitas pentas seni dari seniman dan dalang. Namun, setelah adanya perizinan atas pentas virtual atau streaming, ia menggeluti kembali usahanya tersebut.
Terus terang memang Ekky mengakui bahwa dirinya bangga dan senang ketika karyanya digunakan dalam pentas seni oleh dalang. Ia berharap wayang ini akan terus lestari dan berkembang seiring perkembangan zaman.
Hingga saat ini, ia sudah berhasil memasarkan wayang karyanya hingga pasar internasional seperti Jerman, Korea, dan Meksiko. Untuk pasar lokal, ia mengaku cenderung mendapatkan pesanan dari luar Semarang, daerah tempat ia tinggal. Bentuk pemasaran yang ia lakukan biasanya dengan memposting di media sosial facebook dan dari mulut ke mulut.
Produk Kerajinan
Karya-karya gemilang Ekky memiliki jangkauan harga mulai dari 750 ribu hingga puluhan juta rupiah. Hal itu sangat dipengaruhi oleh ukuran, karakter wayang, kedetailan, tingkat kesulitan, hingga bahan-bahan yang digunakan. Untuk wayang yang bagus sendiri ia mengakui membanderolnya mulai dari 1 juta rupiah, lebih mahal dari wayang kualitas standar yang garapannya.
Penghasilan Usaha Kerajinan Wayang Kulit
Belum ada informasi angka pasti dari Ekky, namun dalam sebulan ia dapat memproduksi setidaknya 5-6 wayang kulit. Dengan kapasitas tersebut beserta informasi kisaran harga jualnya cukup menjadi gambaran bahwa ia dapat menghasilkan jutaan hingga puluhan juta rupiah dalam satu bulan.
Pesan Penutup
Kita seringkali mendapati kekhawatiran masyarakat terhadap kesenian lokal ketika pihak asing mencoba mengklaimnya. Akan tetapi, kita sendiri seringkali kurang menghargai dan kurang berminat terhadap kesenian lokal itu sendiri. Ekky menjadi salah satu contoh teladan yang perlu kita tiru. Budaya lokal bisa menjadi peluang usaha bagi masyarakat lokal. Seperti halnya budaya korea yang semakin mendunia termasuk di tanah air kita ini, Indonesia. Indonesia sangat kaya akan budaya, cobalah melihat potensi-potensi yang ada. Budaya mana yang lebih kamu sukai? Apa yang membuatnya menarik? Bisakah kamu memasarkannya menjadi suatu karya yang membanggakan dari dalam negeri? Semoga bermanfaat dan menginspirasi kita semua.
Referensi:
- jateng.tribunnews.com
- inibaru.id
- Youtube Sukses Kita
- Instagram @ekkywayang_semarang